Senin, 16 November 2015
KAJIAN KRITIS
TERHADAP BEBERAPA ARTIKEL
TENTANG PENDIDIKAN
YANG DIMUAT DALAM MEDIA MASSA
(Journal, Majalah, dan Surat Kabar)
Tugas
ini diajukan untuk memenuhi Tugas Mandiri
Mata
Kuliah Etika Profesi Keguruan
Dosen
Pengampu : Drs. H. Toto Syatori Nasehuddien, M.Pd
![]() |
Disusun Oleh:
Linda Damayanti
1413153077
FITK / TADRIS MATEMATIKA B
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2015
KURIKULUM GANDA
Oleh
: Mohammad Abduhzen
Artikel
Pendidikan, 05 Januari 2015
A.
KAJIAN
KRITIS
Usaha yang dilakukan
oleh pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa semakin keras,
misalnya dengan mengubah atau mengganti penerapan kurikulum yang sebelumnya
yaitu Kurikulum 2006 (KTSP) yang dianggap kurang dalam meningkatkan mutu
pendidikan bangsa, dengan itu pemerintah mengganti atau mengubah penerapan
kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum 2013.
Upaya yang dilakukan
pemerintah dalam rangka pergantian kurikulum dari KTSP menuju Kurikulum 2013
nampaknya kurang persiapan secara maksimal atau terkesan tergesa-gesa, karena
tak merata dan tuntasnya pelatihan guru dan kepala seolah, serta penyediaan
buku yang belum tertangani secara baik. Sehingga, tak sedikit dari tenaga kependidikan yang masih
mengalami kesukaran akan konsep dan teknis pengimplementasian Kurikulum 2013
ini, serta berdampak ketidaksiapan beberapa instansi yang tertinggal.
Berbedanya kesiapan sekolah
dan guru dalam menerapkan kurikulum 2013 dapat menjadi masalah dalam teknis
penerapan. Bagi Instansi yang bertaraf internasional atau sekolah unggulan
lainnya, mungkin saja dapat dengan mudah menyesuaikan pergantian penerapan
kurikulum 2013. Namun bagi sekolah yang pedalaman bahkan pelosok, ia akan merasa
kesulitan karena belum terbiasa serta baru mengenal teknis penilaian seperti
halnya yang terdapat dalam Kurikulum 2013.
Dengan demikian,
Mendikbud memutuskan bahwa bagi sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013
selama tiga semester maka sekolah tersebut akan menjadi perintis pelaksanaannya
kurikum 2013, sedangkan bagi sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 baru satu
semester, maka sekolah tersebut kembali menerapkan kurikulum 2006 (KTSP), namun
hal tersebut akan mengakibatkan masa transisi yang bercorak dualisme, yakni
pemberlakuan kurikulum 2013 bersama kurikulum 2006.
Ketidakserempakan ini
akan berdampak pada pelaksanaan serta penerapan kurikulum yang tidak maksimal,
karena untuk kembali kepada kurikulum 2006 juga dibutuhkan pesiapan yang
maksimal sehingga keduanya dapat berjalan.
B. SARAN – SARAN
1. Sebaiknya
perlu dipertimbangkan kembali pemahaman terhadap tujuan awal pembuatan
kurikulum sehingga dapat menemukan serta menerapkan konsep yang sederhana namun
dapat meningkatkan serta mencapai tujuan tersebut.
2. Adanya
pertimbangan mengenai kelemahan, kelebihan atas kurikulum yang akan diterapkan,
sehingga tidak mengalami kerugian atau kesia-siaan.
3. Dibutuhkannya
persiapan yang maksimal sehingga tidak ada lagi ketidakpahaman, ataupun
ketidaksiapan dari beberapa pihak.
4. Agar
terjadi keserempakan penerapan kurikulum selama masa revisi kurikulum 2013,
pedoman pembelajaran sementara masa revisi merupakan kompilasi dari kurikulum
2013 dan kurikulum 2006 yang sederhana dan praktis.
SEKOLAH
SEBAGAI TAMAN PELIPUR LARA
Oleh
: Barnawi
Radar
Cirebon
A.
KAJIAN
KRITIS
Sekolah
merupakan tempat untuk tumbuh dan berkembangnya anak, tempat untuk meraih ilmu,
serta tempat yang dilakukan untuk belajar dan mengajar antara guru dan siswa,
guna dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada
realitanya, sering kali sekolah menjadi tempat yang menyeramkan bagi kalangan
pelajar. Mengapa demikian? Karena selama ini sering kali sekolah menjadi tempat
yang diwajibkan atau diharuskan untuk siswa. Tempat dimana kita diberikan tugas
yang banyak, serta memperoleh nilai yang ditentukannya. Hal ini dapat
menjadikan siswa frustasi, sehingga dapat melakukan hal yang tidak sepantasnya
dilakukan misalnya tawuran diantara pelajar, bullying, dan lain sebagainya.
Selain
itu seringkali siswa menjadi objek penderita perubahan kebijakan pemerintah
contohnya ketentuan nilai standar ujian nasional sebagai gerbang kelulusan,
perubahan kurikulum yang rumit dan kurang jelas dan lain sebagainya.
Dengan
demikian, sekolah tidak menjadi taman pelipur lara, melainkan sebagai tempat
penambah lara. Hal ini perlu kita renungkan agar siswa dapat merasakan
kenyamanan dan tercapainya tujuan sekolah tersebut.
B.
SARAN
– SARAN
1. Bangunan
sekolah harus dibuat senyaman mungkin agar siswa tidak merasakan kejenuhan di
sekolah, contonya dibuat taman dengan pohon yang rindang. Sehingga sekolah
dapat menjadi tempat untuk mengobati kesedihan.
2. Karena
siswa berasal dari berbagai kalangan, guru perlu memperhatikan siswanya lebih
agar siswa dapat merasakan bahwa dirinya mendapatkan kasih sayang dari gurunya.
3. Guru
mengubah metode belajar agar siswa dapat dengan mudah berkonsentrasi dan paham,
serta merasa senang setiap kali ia belajar.
LABORATORIUM
VIERTUAL (Dry Lab)
Oleh
: Syifa Maulana Ibrahim, S.Pd
Media
Pembinaan No. 12/XL Maret 20014
A.
KAJIAN
KRITIS
Pendidikan
sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa terus mengalami transformasi sesuai
dengan dinamika zaman. Transformasi di dunia pendidikan dipicu beberapa faktor,
salah satunya ilmu dan teknologi.
Kesinergian
antara ilmu dan teknologi sering dilakukan oleh setiap guru dalam penerapan
kurikulum saat ini, contohnya dalam mata pelajaran kimia. Walaupun mata pelajaran
kimia melalui kerja ilmiah, namun dalam pelaksanaan praktikum dapat dilakukan
dengan cara Dry Lab (Laboratorium
Virtual). Hal ini dilakukan untuk meringankan beban sekolah terkait biaya,
tempat dan waktu pelaksanaanya.
Laboratorium
Virtual sebagai alternatif ketidaklengkapannya laboratorium yang ada disekolah
sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, baik untuk diterapkan di
sekolah, walaupun demikian perlu adanya kreativitas guru melalui pelatihan
sangat dibutuhkan. Namun pada kenyataanya, masih banyak guru yang terbatas akan
kemampuan komputer dalam hal mengatasi permasalahan pembelajaran.
B.
SARAN-SARAN
1. Diperlukannya
kelengkapan fasilitas sehingga tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Kreativitas
guru sangat dibutuhkan dalam pembelajaran, sehingga dapat mengatasi kemungkinan
yang terjadi dalam pembelajaran. Contohnya Laboratorium Virtual sebagai solusi
dalam praktikum ilmiah saat tidak lengkapnya fasilitas yang dimiliki
laboratorium disekolah.
3. Pelatihan
guru perlu ditingkatkan, sehingga dapat meningkatkan kreativitas siswa.
4. Metode
pembelajaran dilakukan dengan menarik dan sederhana sehingga siswa dapat dengan
mudah memahami pembelajaran tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar